Jalan menuju impian sudah di depan mata.
Sayangnya, jalan yang ditempuh berliku.
Sangat berliku, tidak mulus, bahkan menanjak.
Melalui satu per satu hambatan itu, lebih dari sekedar peluh.
Nyeri yang ada, bercampur dengan resiko yang berefek domino.
Waktu tempuhnya terus bertambah.
Terpikir untuk mengakhirinya.
Mencari jalan lain tanpa impian.
Tersesat.
Menjejakkan kaki di jalan yang baru.
Tersesat karena rasa ketidakpuasan.
Hanya titik hitam di depan sana.
Tetua berkata tentang pepesan kosong.
Harus kah kembali?
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar