Laman

Februari 02, 2013

Sekotak Serabi untuk .id

Upaya pengangkatan identitas cyber Indonesia terus dilakukan. Mulai dari kampanye cinta produk dalam negeri, migrasi situs-situs ke alamat lokal, hingga penambahan dua domain yang ditujukan untuk kalangan pebisnis ukm dan narablog. Masih belum cukup untuk memasyarakatkan .id.


Remaja yang sedang dilanda kegalauan atas dirinya, potensi yang besar sebagai “identity” seakan hilang terbawa angin, inilah personifikasi untuk domain kode negara Indonesia. Saat ini, domain .id dilepas ke publik dalam bentuk SLD (second level domain) yang merupakan subdomain dari .id. Domain .id terdiri dari .co.id, .net.id, .or.id, .ac.id, .sch.id, .web.id, .mil.id, .go.id, ditambah dengan .my.id dan .biz.id yang rilis November 2012. Kesepuluh domain tersebut dibuat untuk penggunaan yang berbeda, adapun pengelola situs atau blog pribadi dapat menggunakan .web.id atau .my.id.

Bagi kalangan narablog atau blogger sendiri, domain ini belum populer penggunaannya jika dibandingkan dengan domain umum, seperti .com dan .net, dan domain kode negara lainnya, seperti .us dan .in. Administrasi dalam pendaftaran menjadi keluhan umum. Berdasarkan survei kecil-kecilan, tidak banyak pengguna internet Indonesia yang mengenal domain .id, apalagi domain .id yang ditujukan untuk pribadi tersebut.


.id Tetap “Indonesia”

Ditargetkan untuk meraksasa, .id di-branding sebagai “identity” dan pengembangan kebijakan terus dilakukan. Domain .id dibuat berbeda sesuai keperluannya, mungkin ini sedikit menyontoh kebijakan domain Inggris .uk yang juga tidak melepas TLD (top level domain) pada publik. Perbedaannya, pengelola nama domain .uk membuat subdomain atau SLD disertai tata cara penamaan sedemikian rupa sehingga pengelolaannya lebih teratur, terutama bagi pihak internal.

Di samping branding dan SLD-nya, .id tetaplah Indonesia. Domain .id merupakan salah satu sarana ekspresi nasionalisme dalam lingkup lokal dan internasional. Tidak sedikit jumlah narablog aktif yang menggunakan .id, walau identitas Indonesia tidak harus melihat pada inang alamat situsnya. Identitas Indonesia dapat dibentuk dari pembuatan konten lokal yang unik, kreatif, dan berkualitas. Kelebihan dari pemandangan ini bisa menghasilkan efek berantai, semisal narablog senior dapat memberi wawasan atau informasi pariwara .id kepada narablog atau pengguna internet muda sehingga mengenal dan terbersit di pikirannya untuk menggunakan .id. Itulah tantangan besar untuk mengubah mainstream, minimal .id tidak hanya dikenal pada penyedia layanan email, seperti yahoo.co.id.


Remukkan untuk Kepentingan Bersama

Berkumpul bersama sembari menyantap sekotak serabi, panganan para bangsawan yang kini merakyat. Ini langkah terbaik sebelum menuju konseling. Remaja perlu memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi masa depan. Sulitnya menumbuhkan rasa percaya diri bisa diasah dengan cara menghargai diri sendiri dan orang lain. Menggoreskan kebijakan untuk kepentingan bersama, terutama kepentingan netizen Indonesia secara menyeluruh. Memaksimalkan SLD yang sudah ada dan membangun sistematika penamaan yang baik tanpa membingungkan calon pemilik .id. Meningkatkan pengguna .id tanpa pendaftaran cuma-cuma, paling tidak memiringkan biaya sehingga lebih terjangkau daripada domain umum lainnya.

Pepatah lama berbunyi, tak kenal maka tak sayang. Kebijakan yang revolusioner pun tidak akan tepat sasaran jika sosialisasi masih minimalis. Menjadikan pelajar dan mahasiswa sebagai target sosialisasi domain lokal bisa membuka tahap selanjutnya dalam pendekatan kepada masyarakat umum. Hal itu merupakan kontribusi jangka panjang yang dapat pecinta .id lakukan selain menghadiri diskusi umum terbuka PANDI yang akan diadakan Februari ini. Resolusi memasyarakatkan .id secara lokal inilah sejatinya yang menjadi pondasi bersinarnya .id di kancah dunia maya.

Sahabat .id

3 komentar:

  1. aaa.. aku pun termasuk orang yang masih pake .com --"a

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada isu kalo blogspot.com mau ganti jadi blogspot.co.id loh
      :D

      Hapus